![Apple Dilarang Jualan iPhone di China Karena Qualcomm](https://macpoin.com/wp-content/uploads/2018/12/apple-china-qualcomm-tiongkok-iphone.jpg)
Semua orang pasti tahu bahwa Apple adalah perusahaan asal Amerika Serikat, namun hampir semua produknya dibuat, diproduksi dan dirakit di luar Amerika Serikat.
Negara yang dipilih oleh Apple adalah China. Ya, Apple selalu mengandalkan sumber daya yang ada di China untuk memproduksi berbagai produknya. Mulai dari iPhone, iPad, hingga Mac.
Memang akhir-akhir ini ada ketegangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Apple mulai mengurangi ketergantungan dengan Tiongkok dan mulai memproduksi produknya di tempat lain. Namun Apple tak pernah memilih Amerika Serikat sebagai pilihan utama sebagai tempat produksi.
Tercatat hanya beberapa produk saja yang diproduksi di Amerika Serikat. Yang paling terkenal adalah Mac Pro 2013 dan Mac Pro 2019. Selain itu, hampir tidak pernah terdengar, atau mungkin memang tidak ada lagi selain itu.
Pertanyaannya adalah, terlepas dari perang dagang yang sedang berlangsung, mengapa Apple memilih China sebagai tempat produksi? Mengapa tidak di Amerika Serikat?
Tenaga Kerja Melimpah dan Lebih Murah
Menurut laporan dari The New York Times, Apple sepertinya tidak akan pernah bisa membuat iPhone dan banyak produk Apple lainnya di Amerika Serikat. Hal ini karena jumlah tenaga kerja yang tidak sebanyak di China.
Selain itu, harga upah tenaga kerja di Amerika Serikat juga lebih tinggi sehingga sangat masuk akal jika Apple memilih China sebagai tempat produksi massal beragam produknya.
Dengan jumlah tenaga kerja yang melimpah dan biaya produksi yang lebih murah juga membuat Apple bisa mengimbangi permintaan pasar yang tinggi sembari menekan harga produk Apple agar tidak semakin mahal.
Pusat Riset, Sumber Daya dan Rumah Bagi Rekanan Apple
Sudah sejak dulu Apple punya pusat riset di China. Alasannya adalah karena Apple bisa berada dekat dengan berbagai perusahaan dan pemasok penting sehingga bisa melakukan penelitian dengan lebih efektif dan efisien.
Produksi produk Apple juga memerlukan beragam komponen yang tidak bisa Apple produksi sendiri. Bahkan tak pelak perlu bantuan dari banyak perusahaan untuk menyuplainya.
Apple pernah kehabisan stok sekrup saat mencoba memproduksi Mac Pro di Amerika Serikat. Mau tak mau mereka akhirnya memesannya langsung dari China karena sekrup ini berjenis custom yang tidak semua perusahaan bisa langsung membuatnya. Selain proses produksi lebih lama, sekrup dari luar negeri juga bisa membuat biaya produksi naik.
Contoh lain, Foxconn adalah salah satu rekanan paling penting Apple. Selain memproduksi produk Apple, Foxconn juga memproduksi produk pesanan perusahaan lain. Zhengzhou bahkan sampai dijuluki kota iPhone karena menjadi pusat produksi iPhone di Tiongkok. Semua rekan yang dibutuhkan untuk memproduksi produk Apple sudah ada di China.
Bukan Budaya Amerika
Stereotype yang sering muncul adalah orang Amerika lebih suka hal-hal yang berhubungan dengan inovasi baru ketimbang sebuah pekerjaan repetitif yang melelahkan dan membosankan. Benarkah seperti itu?
Namun jika dilihat lebih mendalam, mungkin ada benarnya. Pekerjaan yang berhubungan dengan produksi massal memang kurang begitu menarik untuk orang Amerika Serikat. Selain itu, upah yang harus dikeluarkan lebih besar.
Berbeda dengan kultur budaya kerja Asia yang cukup akrab dengan kerja keras hingga lembur, orang Amerika Serikat lebih suka kerja secukupnya dan tak mau kerja di hari libur dan akhir pekan.
Berbagai pekerjaan yang butuh banyak orang dan tenggat waktu ketat seperti produksi massal untuk memenuhi permintaan pasar memang cocok jika dilakukan di Asia. Sementara beberapa proses penelitian, perancangan, dan rekayasa banyak dilakukan di Amerika Serikat.
Tidak aneh jika kamu sering melihat tulisan Designed by Apple in California dan Assembled in China di produk-produk Apple. Proses perancangan dilakukan di Amerika Serikat, untuk produksi massalnya diserahkan ke rekanan Apple yang memang pusatnya ada di China.